Cari

this my BLOG

Kamis, 12 April 2012

Teori, Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran


A.    TEORI
Sebagai salah satu komponen yang sering disebut-sebut saat kita membahas belajar dan pembelajaran. Teori belajar sendiri dapat diartikan secara umum sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori ditunjukkan oleh adanya konsep, konstruk, prinsip, dan proposisi yang memberi sumbangan terhadap  keluasaan ilmu pengetahuan (Tim Pengembang Pendidikan FIP-UIP, 2007:193).


Menurut para ahli teori belajar dan pembelajarn dibedakan menjadi beberapa teori yang bersumber dari aliran-aliran psikologi, beberapa dinataranya adalah: (A) teori behaviorisme; (B) teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (D) teori belajar gestalt (Anonim, 200)

1.      Teori Behaviorisme
Secara umum kata behaviorisme berasal dari dua kata yaitu behavior yang diartikan sebagai tingkah laku. Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
a.        Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
-          Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
-          Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
b.      Social Learning menurut Albert Bandura.

2.  Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
            Menurut Piaget (Desmita, 2010:101) bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1)   sensory motor (usia 0-2 tahun)
 (2) pre operational (usia 2-7 tahun)
 (3) concrete operational (usia 7-11 tahun)
(4) formal operational. (usia 11 tahun-dewasa)
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation” (Anonim, 2010).

3.      Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik  (Anonim, 2010).

4.    Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan  (Anonim, 2010).

B.     PENDEKATAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual- emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. (Dimyati, 2006)
a.       Pendekatan Tujuan Pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai contoh : Apabila dalam tujuan pembelajaran tertera bahwa siswa dapat melakukan percobaan, maka guru harus merancang pembelajaran, yang pada akhir pembelajaran tersebut siswa sudah dapat melakukan percobaan.

b.      Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Sebagai contoh : ketika seorang guru akan mengajarkan konsep difusi dengan menggunakan konsep, berarti melalui beberapa metode siswa diantarkan untuk memahami konsep difusi.

c.       Pendekatan Lingkungan
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari sering digunakan pendekatan lingkungan.

d.      Pendekatan Inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti ( Dettrick, G.W., 2001 ). Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpempin dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka. Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya. Sebagai contoh: siswa harus merancang percobaan yang berkaitan dengan proses tumbuh. Guru memulai dengan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan dimunculkan. Jika siswa tidak ada yang dapat menjawab maka guru dapat mengajukan pertanyaan pengarah.

e.       Pendekatan Penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar – benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan. Sebagai contoh: pembelajaran dengan pendekatan penemuan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pendekatan inkuiri sehingga contoh pembelajaran yang ada di bagian pendekatan inkuiri dapat juga digunakan dalam pendekatan penemuan.

f.       Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.

g.      Pendekatan Interaktif
Pendekatan ini memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan ( Faire & Cosgrove, 1988 dalam Herlen W, 1996 ). Pertanyaan yang diiajukn siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan langkah – langkah mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yng spesifik.

h.      Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.

i.        Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.

j.        Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Nuryani, 2005).

C.    STRATEGI PEMBELAJARAN
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something (Sudrajat, 2008).

D.      MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran (Sudrajat, 2008).
Model pemrosesan informasi berkaitan dengan kemampuan siswa memecahkan masalah, sehingga menekankan pada berpikir produktif. Model personal berfokus pada bantuan kepada individu untuk mengembangkan hubungan dengan lingkungan dan memandang mereka sebagai anak yang mampu. Model interaksi sosial memprioritaskan pada perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain, meningkatkan proses demokrasi, dan bekerja secara produktif dalam kelompok. Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku anak yang diamati (Nuryani, 2005).

E.     TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Sudrajat, 2008).
Teknik merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam teknik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam teknik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat). Peningkatan optimilisasinya komunikasi antara lain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menguasai berbagai  teknik dalam pembelajaran yang menyatu dalam setiap metode. Berikut ini diuraikan beberapa teknik belajar untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran (Sudrajat, 2008).
1.      Teknik Menjelaskan
Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar . karena itu, teknik ini sangat perlu dikuasai guru, nmun dengan guru senantiasa membatasi diri agar tidak terjebak ke ceramah murni yg menghilankan peranan s iswa kecuali hanya mendengarkan atau bahkan hanya mendengar yg dikemukakan guru. Beberapa hl penting adalah:
ü  Menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti serta komunikatif.
ü  Ucapan hendaknya terdengar dengan jelas, lengkap, tertentu, dan dengan intonasi yang tepat
ü  Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke tujuan.
ü  Penampilan hendaknya menarik, diselingi dengan dan humor sehat.
ü  Mengadakan suatu vaiasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab menggunakan alat bantu seperti lembar peraga (chart).
Dalam bebrapa hal, menjelaskan sesuatu yang “menimbulakan perayaan” perlu dilakukan guru. Ini merupakan salah satu cara agar siswwa siap mngembangkan diri mellui suatu jalan tembus yg dibuat guru tersebut.
2.    Teknik Bertanya
Dalam proes belajar dan pembelajaran mungkin bias dikatakan bahwa pertanyaan merupakan jantung dari pengajaran. Jika demikian, pengajaran tanpa bertanya adalah pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.
Tujuan mengajukan pertanyaan antara lain untuk :
a.       Memotivasi siwa
b.      Menyegarkn apresiasi siwa
c.       Memulai diskusi
d.      Menorong siswa agar berfikir
e.       Mengarahkan perhatiansiswa
f.       Menggalkkan penyelidikan
g.      Mendiagnosis/memeriksa tanggapan siswa
h.      Menrik perhatian siswa
i.        Mengundang pertanyaan siswa
Jenis dan Tingkat pertanyaan
            Ditinjau dari jawabannya, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan mati dan pertanyaan hidup dan pertanyan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya tertentu. Pertanyaan terbuka diharapkan lebih banyak dikembangkan.
            Ditinjau dari jenjang kemampuan, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yng hanya mengukur ingatan saja. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang setidak-tidaknya menuntut pemahaman atau pemikiran siswa dan inilah yang diharapkan lebih dikembangkan.
3.        Diskusi
            Teknik diskusi perlu dikemangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemampuan umum yang harus dimiliki oleh setiap warga masyarakat, karena life skill di SD memanglebih focus pada pengembangan kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi social, dan keterampilan-keterampilan hidup lainnya dalam masyarakat (Krismanto, 2003).

F.     METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1.      Metode ceramah, metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan
2.      Metode tanya jawab, metode pengajuan pertanyaan yang terarah kepada siswa guna mengembangkan daya pikirnya
3.      Metode diskusi, cara pembelajaran dengan memunculkan masalah dengan tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat
4.      Metode belajar kooperatif, dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, dan tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya
5.      Metode demonstrasi, cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian, diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain
6.      Metode ekspositori atau pameran, suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan
7.      Metode karyawisata/widyamisata, cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas, misalnya dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
8.      Metode penugasan, metode ini guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi
9.      Metode eksperimen, cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan atau praktikum
10.  Metode bermain peran, metode pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep (Nuryani, 2005)
G.    DAFTAR RUJUKAN
Anonim, 2010. Teori Belajar Menurut Para Ahli. (Online, http://www.duniaedukasi.net/2010/05/teori-belajar-menurut-para-ahli.html, diakses 18 Agustus 2011)
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hendyat Soetopo. 2010. Psikologi Pendidikan. Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan
Krismanto, Al.2003.Beberapa Model dan Teknik Dalam Pembelajaran Matematika.(Online),(http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/STRATEGIPEMBELAJARANMATEMATIKA.pdf, diakses tanggal 18 Agustus 2011).
Nuryani, R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. (Online, http://psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, diakses 18 Agustus 2011)

Tim Pengembang Pendidikan FIP-UIP, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.                        Bagian 2: Ilmu pendidikan Praksis. Jakarta: Grasindo.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...